Kamis, 12 November 2015

Sejarah Desa Manikliyu

Desa Manikliyu atau Manikeliyu dulunya disebut desa Manikmerinci. Dari asal katanya yaitu manik yang merupakan nama seorang laki-laki yang telah menikah dan mempunyai 16 orang anak yang kesemuanya dapat bertahan hidup, sedangkan kata merinci dalam bahasa bali yang berhubungan dengan buah-buahan yang artinya banyak. Kata merinci ini diambil karena 16 orang anak (banyak) tersebut dapat bertahan hidup. Akhirnya setelah beberapa lama manikmerinci diubah menjadi manikeliyu atau manikliyu karena merinci dan liyu memiliki persamaan arti yaitu banyak.
Anak-anak tersebut (16 orang) dilahirkan disebuah tempat yang pada akhirnya ditempat itu dibangun sebuah pura yakni Pura Tebenan yang sekarang lokasinya berada di sebelah Utara Desa Manikliyu tepatnya berada di wilayah banjar Saap yang merupakan bagian dari desa Manikliyu. Pura Tebenan ini dibangun pada tahun 877 SM. Berdasarkan prasasti yang ditemukan di pura ini, diceritakan bahwa pura Tebenan dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Aji Warmadewa Jayawardana.

Ketika ke 16 orang anak tersebut menginjak dewasa, Desa Manikliyu terpecah menjadi 4 desa yaitu Desa Manikliyu, Desa Bayung Cerik, Desa Ulian, dan Desa Lembean. Sehingga sampai sekarang masih ada penyebutan nama seseorang ditambahkan kata Pan untuk laki-laki dan Men untuk perempuan. Dari 4 desa tersebut Desa Manikliyu merupakan desa utama karena prasasti yang ditemukan hanya terdapat di Banjar Saap, Desa Manikliyu yaitu di Pura Tebenan.


Lontar Prasasti Manikliyu


 

1 komentar: