Desa Manikliyu atau Manikeliyu dulunya
disebut desa Manikmerinci. Dari
asal katanya yaitu manik yang merupakan nama seorang laki-laki yang
telah menikah dan mempunyai 16 orang anak yang kesemuanya dapat bertahan hidup,
sedangkan kata merinci dalam
bahasa bali yang berhubungan dengan buah-buahan yang artinya
banyak. Kata merinci ini
diambil karena 16 orang anak (banyak) tersebut dapat bertahan hidup. Akhirnya
setelah beberapa lama manikmerinci diubah
menjadi manikeliyu atau manikliyu karena merinci dan liyu memiliki
persamaan arti yaitu banyak.
Anak-anak tersebut (16 orang) dilahirkan disebuah tempat yang pada
akhirnya ditempat itu dibangun sebuah pura yakni Pura Tebenan yang sekarang
lokasinya berada di sebelah Utara Desa Manikliyu tepatnya berada di wilayah
banjar Saap yang merupakan bagian dari desa Manikliyu. Pura Tebenan ini
dibangun pada tahun 877 SM. Berdasarkan prasasti yang ditemukan di pura ini,
diceritakan bahwa pura Tebenan dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri
Aji Warmadewa Jayawardana.
Ketika ke 16 orang anak tersebut menginjak dewasa, Desa Manikliyu
terpecah menjadi 4 desa yaitu Desa Manikliyu, Desa Bayung Cerik, Desa
Ulian, dan Desa Lembean. Sehingga sampai sekarang masih ada penyebutan
nama seseorang ditambahkan kata Pan untuk laki-laki dan Men untuk
perempuan. Dari 4 desa tersebut Desa Manikliyu merupakan desa utama karena
prasasti yang ditemukan hanya terdapat di Banjar Saap, Desa Manikliyu yaitu di
Pura Tebenan.
Lontar Prasasti Manikliyu
Luar bisa, semoga dapat menjadi sejarah yang bermanfaat
BalasHapus